Senin, 08 November 2010

Engkau Bertanggung Jawab

Ven. Dr. K. Sri Dhammananda

sumber gambar www.google.com
Kita semua terbiasa untuk menyalahkan pihak lain atas kelemahan dan ketidak-beruntungan yang kita alami. Pernahkan terlintas dalam pikiranmu bahwa sebenarnya engkau sendirilah yang bertanggung jawab atas segala permasalahanmu? Penderitaanmu tidak ada hubungannya dengan kutukan keturunan atau dosa asal dari nenek moyang. Juga bukan hasil perbuatan dewa atau setan. Penderitaanmu adalah hasil perbuatanmu sendiri. Dengan demikian, engkau adalah penjerat sekaligus pembebas dirimu sendiri. Pada saat yang sama, engkaulah yang menciptakan neraka maupun surga bagi dirimu sendiri. Engkau mampu menjadi seorang pendosa atau sebaliknya, seorang suci. Tak ada pihak lain yang membuatmu menjadi seorang pendosa ataupun seorang suci.

Engkau harus belajar meletakkan beban tanggung jawab atau kehidupanmu di atas pundakmu. Engkau harus belajar untuk mengakui kelemahanmu sendiri tanpa meyalahkan maupun menyusahkan pihak lain. Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan:

“Orang yang tidak berakal budi selalu menyalahkan orang lain, orang yang cukup berakal budi menyalahkan dirinya sendiri, dan orang yang sangat berakal budi tidak menyalahkan siapapun”

Jika suatu masalah muncul, kita sebagai mahluk yag berakal budi seharusnya mencoba untuk mencari dimana akar permasalahannya tanpa perlu menyalahkan siapapun. Jika setiap orang dapat memperbaiki dirinya sendiri, tidak akan ada masalah atau konflik di dunia ini. Tetapi masalahnya, manusia tidaklah mau berusaha untuk meningkatkan pengertian mereka dengan bertindak adil. Mereka lebih senang mencari kambing hitam. Mereka selalu melihat keluar untuk mencari sumber masalah mereka karena mereka tidak mau mengakui kelemahan mereka sendiri.

Pikiran manusia dipenuhi terlalu banyak penipuan diri sehingga manusia selalu berusaha mencari alasan untuk pembenaran diri agar dia tidak terlihat bersalah. Untuk menutupi kelemahan mereka dengan pernyataan tidak bersalah, banyak orang menggunakan sikap keras dan menggertak orang lain dan berpikir bahwa dengan cara itu mereka dapat menghindari situasi memalukan, atau mengalahkan ketidakpuasan orang lain terhadap mereka. Mereka tidak menyadari bahwa cara itu hanya akan menambah masalah baru bagi mereka selain membangkitkan suasana yang tidak menyenangkan disekeliling mereka. Sang Buddha mengatakan:

“Orang bodoh yang tidak tahu dirinya bodoh adalah orang yang benar-benar bodoh, dan orang bodoh yang mengakui dirinya bodoh sebenarnya adalah orang yang bijaksana”
-Dhammapada-

Engkau bertanggung jawab atas masalahmu. Pada saat engkau membiarkan bahkan suatu hal sepele mengusik dan mengganggu pikiranmu, pada saat itu juga engkau membiarkan dirimu  menderita. Engkau, harus mengerti bahwa tidak ada yang tidak beres dengan dunia ini, tetapi diri kita semualah yang bermasalah.

Sabtu, 06 November 2010

Bagaimana Mengurangi Penderitaan Mental?

Ven. Dr. K. Sri Dhammananda 


www.google.com
Saat suatu kesulitan dan masalah muncul, teguhkanlah pikiran untuk mengurangi penderitaan mentalmu. Pertama, engkau harus mengerti sifat dasar dari dunia dimana engkau hidup. Engkau tidak dapat mengharapkan segala hal di dunia ini sempurna dan berjalan lancar. Keadaan dunia tidak selalu berpihak kepadamu. Tidak ada dunia atau hidup tanpa masalah. Fenomena alam seperti sinar matahari, hujan, angin dan sinar  rembulan, adalah baik dan berguna bagi banyak orang, tetapi tetap saja hal-hal ini dapat menjadi masalah bagi banyak orang lain. Tidak ada hal sepenuhnya baik atau sepenuhnya buruk di dunia ini karena apa yang diterima baik oleh sebagian orang dapat saja dibenci oleh sebagian lainnya. Maka, yang ada kita menilai sesuatu yang baik atau buruk sesuai dengan kebutuhan kita. Tak ada hal baik atau buruk dari sananya.

Jika engkau memiliki keinginan yang kuat atas keberadaan dan kenikmatan dirimu, engkau harus membayar harganya, yaitu penderitaan mental karena engkau hidup dengan pandangan yang salah mengenai dunia. Pemikian yang penuh impian, usaha mencari keabadian dan kemelekatan ke-aku-an (ego) hanya membutakan pikiran. Keinginan yang tidak terpenuhi membuahkan pertengkaran, perselisihan, kegagalan komunikasi, ketakutan, kekhawatiran, kesepian dan kegelisahan. Tak ada yang gratis di dunia ini.

Jika engkau berniat untuk mengurangi penderitaan mentalmu, engkau harus memadamkan keinginanmu yang egois. Dalam perjalanan hidup, engkau harus memilih satu antara dua pilihan. Engkau dapat memilih mengembangkan kerohanianmu untuk mengalahkan tekanan hidup keduniawian, atau engkau dapat tenggelam dalam kesenangan duniawi dengan segala masalahnya.
Satu cara untuk membebaskanmu dari penderitaan mental yang terus terjadi adalah mengerti tingkat penderitaan dan kesulitanmu sendiri dibandingkan yang dialami orang lain. Jika engkau merasa tidak bahagia, engkau merasa bahwa dunia memusihimu. Engkau berpikir bahwa segala-sesuatu di sekelilingmu akan runtuh. Tetapi jika engkau mengamati segala hal disekelilingmu dan menghitung keberuntunganmu, engkau akan terkejut mendapatkan bahwa engkau akan jauh lebih beruntung dari banyak orang lain.

Engkau mungkin pernah mendengar sebuah pepatah yang bunyinya demikian; "saya mengeluh karena tidak memiliki sepatu sampai saya bertemu seseorang yang bahkan tidak memiliki kaki." Singkatnya, engkau telah membesar-besarkan kesulitan dan masalahmu. Masalah tidak dapat dihindari. Engkau harus berusaha memecahkannya dan bukannya merasa khawatir dan menciptakan keresahan mental di dalam dirimu. Ada pepatah Cina mengatakan sebagai berikut:

"Jika ada masalah besar, cobalah membuatnya menjadi masalah kecil. Jika ada masalah kecil, cobalah membuatnya menjadi tidak ada" 

Satu lagi caramu untuk mengurangi masalahmu adalah dengan melihat ke belakang, apa yang telah engkau lalui sebelumnya, dalam keadaan yang hampir sama atau bahkan lebih buruk; dan bagaimana engkau telah berhasil menguatkan dirimu melalui kesabaran, inisiatif dan usaha, untuk kemudian mengatasi kesulitan yang pada mulanya tampak tak mungkin diselesaikan. Dengan melakukan hal ini, engkau tidak membiarkan masalahmu yang sekarang "menenggelamkan dirimu." Sebaliknya, dengan memandang kehidupan dari sudut pandang yang baru, engkau akan berhasil mengatasi apapun yang engkau hadapi sekarang.
Engkau harus menyadari bahwa engkau telah melalui keadaan yang lebih buruk sebelumnya dan engkau dapat menghadapinya lagi dengan baik, terjadilah apa yang harus terjadi. Dengan pola pikir yang seperti ini, rasa percaya dirimu akan segera pulih dan demikian keadaanmu akan lebih baik untuk mengatasi apapun masalah yang akan terjadi.

Jika engkau menghadapi masalah, pastilah ada jalan keluar. Mengapa harus khawatir? Sebaliknya, bahkan jika tidak ada jalan keluar dari masalahmu, kenapa harus khawatir? Sebab rasa khawatirmu tidak akan membantu menyelesaikan masalah.